Minggu, 13 Juni 2010

KERAJAAN-KERAJAAN PITU BA’BANA BINANGA

A. WILAYAH PEMERINTAHAN KERAJAAN BALANIPA

Wilayah pemerintahan Kerajaan Balanipa terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu:
1. Wilayah Asal (Kern Land) Terdiri Atas Empat Banua Kaiyang Yaitu:
a. Banua Kaiyang Napo. Dikepali oleh Pappuangan Napo Saleko dan wakilnya bergelar Pappuangan Napo Buyung, Pappuangan Napo dibantu oleh Pa’ambi Tomabuweng dan Pa’ambi Anak Pattola, Tomabuwng, Aruang dan Annangguru Kaiyang (Imam). Anak Banua (desa), Banua Kaiyang Napo terdiri dari: Renggeang yang di kepalai Pappuangan dibantu oleh Tomabuwng, balanipa dikepalai oleh pappuangan dibantu tomabuwng dan lemosusu dikepalai pappuangan dan dibantu oleh tomabuweng.
b. Banua Kaiyang Samasundu. Dikepalai oleh pappuangan samasundu pangale, wakilnya adalah pappuangan samasundu camba. Pappuangan samasundu dibantu oleh tomabuweng, punggawa dan annangguru kaiyang (imam). Ana’ banua (desa), banua kaiyang samsundu terdiri dari: lembang-lembang yang dikepalai oleh maradia tomabubeng, salarri dikepalai oleh maradia salarri, jemarang dikepalai oleh pappuangan dibantu oleh tomabuweng, maradia jemarang.
c. Banua Kaiyang Mosso mempunyai Maradia (hanya symbol), sedangkan urusan kedalam wilayah banua kaiyang sendiri pemerintahan dijalankan oleh pappuangan mosso dan dibantu oleh tomabuwng, annangguru joa dan imam. Anak banua (desa) terdiri dari: - pambusuang (maradia, pappuangan, tomabubeng), lombok (matadia, pappuangan, tomabuweng), batu (pappuangan, tomabuweng).
d. Banua Kaiyang Todang-Todang. Mempunyai urusan kedalam Banua Kaiyang itu sendiri, sedangkan pemerintahan dijalankan oleh Pappuangan Todang-Todang dibantu oleh Tomabuweng, Annangguru Joa dan Imam. Ana’ banua (desa) terdiri dari:
- Batu Laya (Maradia, Pappuangan, Tomabuweng)
- Timbo yang dipegang/diurusi Pappuangan yang dibantu oleh Tomabuweng.
- Pendulangan dipegang/diurusi oleh Maradia dan Pappuangan yang dibantu oleh Tomabuweng.
Anak Banua Kaiyang tersebut diatas bersama-sama dinamai Appe Banua Kaiyang yang mempunyai hak istimewa sebagai Wakil Rakyat karena merekalah yang membentuk Kerajaan Balanipa.
Disamping Banua Kaiyang anak banua masing-masing, ada juga banua-banua yang tidak termasuk appe’ banua kaiyang. Banua-banua tersebut: dikepalai oleh salah seorang anggota Hadat Balanipa adalah sbb:
- Limboro dikepalai oleh Pappuangan Limboro yang dibantu oleh Tomabuweng.
- Tammangalle dikepalai oleh Pappuangan Biring Lembang dibantu oleh Tomabubeng.
- Tangnga-Tangnga dikepalai oleh Pappuangn Koyong dibantu oleh Tomabubeng.
- Lambe dikepalai oleh Pappuangan Luyo dibantu oleh Tomabuweng.
- Karama dikepalai oleh Pappuangan Lakka dibantu oleh Tomabuweng.
- Tenggelang dikepalai oleh Pappuangan Tenggelan dibantu oleh Tomabuweng.
- Luyo dikepalai oleh Pappuangan Luyo dibantu oleh Tomabuweng.

PERKAMPUNGAN
Perkampungan Khusus Terdiri Dari:
1. Tandung, berdiri sendiri dikepalai oleh Pappuangan Tandung dibantu Tomabubeng langsung kepada Hadat Balanipa.
2. Alle-alle perkampungan bagi petugas gendang kerajaan (lette ganrang)
3. Tandasura langsung dikendali oleh maradia balanipa
4. Pallis dikepalai maradia pallis dibantu oleh pappuangan dan tomabubweng.
5. Perkampungan-perkampungan untuk para tukang-tukang kerajaan (sakka manarang)
6. Kompleks Parrommo terdiri dari: puttapi, pussui, sambali, peburru, pattemarang, salunase dan sattoko.
WILAYAH-WILAYAH DILUAR WILAYAH ASLI/ASAL
Wilayah-wilayah diluar wilayah asli/asal kerajaan balanipa ialah kerajaan lain yang karena persahabatannya dengan kerajaan balanipa, sehingga menjadi wilayah kerajaan balanipa. Adapun kerajaan yang dimaksud adalah sbb:

1. KERAJAAN ALLU
a. Talogo dan pussu’ yang dipimpin oleh maradia dan pappuangan
b. Kalumammang dipimpin oleh pappuangan
c. Pao dipimpin oleh maradia dan pappuangan
d. Petoosang, sajoang, ba’ba mombi, malimbung, tu’bu dipimpin oleh pappuangan.
Kerajaan allu yang dahulunya berdiri sendiri dan termasuk “bocco tallu” (tiga bersahabat) yaitu: sendana, allu, dan taramanu, tetapi tidak menjadi ba’ba binanga dan mempunyai persekutuan tersendiri dengan kerajaan balanipa.

2. KERAJAAN TARAMANU
Kerajaan taramanu sama dengan kerajaan allu yaitu anggota bocco tallu (sendana, allu, taramanu) tidak menjadi ba’ba binanga dan mempunyai perjanjian tersendiri dengan kerajaan balanipa. Kerajaan taramanu diperintah oleh maradia taramanu dengan hadat pa’bicara taramanu dan pa’bicara kaiyang dan wilayah terdiri dari tapparang (pappuangan), tibung (pappuangan), ratte (pappuangan) kata (pappuangan) dan bulo-bulo (pappuangan).

3. KERAJAAN TU’BI
Kerajaan tu’bi adalah bukan anggota bocco tallu, tetapi mempunyai persahabatan tersendiri dengan kerajaan balanipa, kerajaan tu’bi diperintah oleh maradia tu’bi dan dibantu oleh baligau, dan wilayahnya terdiri dari: pappenga, bunu bohong batu, manuna, patandangan (maradia) parisn, talaloi, talaso, dan alariba.

4. KERAJAAN-KERAJAAN “TALLUMBANUA”
Dinamai bate dari balanipa yang membantu kerajaan balanipa jika pergi berperang dan mempertunjukkan “pattu’du” (penari pangandarang) pada acara-acara kerajaan balanipa. Yang dimaksud kerajaan “tallumbanua” adalah sbb:
a. Tomadio atau campalagian, diperintah oleh arruang (maradia) dengan hadatnya: punggawa, pappuangan, pa’bicara, sobotana, sobouwai, dan annangguru joa.
b. Mapilli, diperintah oleh aruang (maradia) dengan hadat 5 orang, pappuangan dan i punggawa dan i so’bo
c. Nepo/tapango, diperintah oleh aruang (maradia) dengan hadat: pa’bicara nepo, so’bo uwai, pappuangan, pa’bicara, aruang dan so’bo tana.
d. Palli arruwa (delapan wilayah)

APPE DIBUTTU (EMPAT DI PEGUNUNGAN):
1. Saburra (Arruang)
2. Daala (Maradia)
3. Lenggo (Maradia)
4. Batu (Aruang)

APPE DILAPPAR (EMPAT DATARAN RENDAH)
1. Rea (Tomakaka)
2. Bungi (Tomakaka)
3. Paku (Tomakaka)
4. Tabone (Tomakaka)

Palili arruawa mengadakan perjanjian persahabatan dengan balanipa dan menjadi wilayah kerajaan balanipa setelah hancurnya kerajaan passokkorang dan dikoordinasikan oleh pappuangan limboro dan pappuangan biring lembang.

Lima banua (lima wilayah)
1. Poda-Poda (Maradia)
2. Luluanna (Maradia)
3. Buluewengi (Maradia Matoa, Pa’bicara, Tomabuweng)
4. Limboro (Pappuangan, Tomabuweng)
Menjadi wilayah kerajaan balanipa setelah hancurnya passokkorang, dikoordinasikan oleh pappuangan limboro dan pappuangan biring lembang.


KERAJAAN BALANIPA PADA ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA
Pada masa penjajahan belanda (gubenemen hindia belanda) kerajaan balanipa mendapat hak pemerintahan sendiri dengan hak otonomi sama seperti dengan kerajaan lainnya di mandar dan sulawesi, namun tetap berada dibawah pengawasan pemerintahan gubernemen yang diwakili oleh aparaturnya didaerah-daerah yaitu asisten resident pada tingkat afdeling dan controleur pada tingkat onder afdeling.

Pada tahun 1906, terjadi perubahan susunan pemerintahan kerajaan balanipa sbb:
1. Maradia balanipa tetap sebagai kepala pemerintahan (zelfbestuurder)
2. Maradia matoa terakhir diduduki oleh pammase pallabuang (putera raja balanipa to kape, ayah dari h. A. Baso maradia balanipa). Dimana sejak tahun 1907 sampai dengan 1937 jabatan maradia matoa tidak di adakan lagi. Nanti pada tahun 1937 jabatan maradia matoa itu diadakan kembali, dengan diangkatnya abdul madjid (putera raja balanipa ila’djoe tomatindi di djudda) menjadi maradia matoa merangkap jabatan sebagai maradia/kepala distrik campalagian.
3. Pa’bicara kaiyang, pa’bicara kenje, pappauangan kenje, pappuangan limboro, pappuangan biring lembang dan pappuangan tenggelang tetap menjadi anggota hadat balanipa. Didalam pemerintahan kerajaan balanipa masing-masing merangkap sebagai kepala distrik.
4. Papuangan-papuangan: koyang, lakka, rui dan luyo masing-masing dihapus, dan
5. Jabatan maradia malolo dan semua bawahannya juga di hapus karena kepala kerajaan local zelfbestuur tidak diberi lagi hak untuk urusan angkatan perang.

Bila dilihat dari kenyataan tersebut diatas, mungkin karena pemerintah gibernemen kuwatir dan sekaligus menghindari selalu timbul pemberontakan terhadap kekuasaan pemerintahan penjajahan sebagaimana yang terjadi pada tahun 1906 dimana calo ammana iwewang maradia malolo balanipa ditangkap oleh pemerintah belanda dan diasingkan ketanjung bandang pulau belitung tahun 1908 dan baru dapat kembali kemandar 1943.

1. PEMBAGIAN WILAYAH PEMERINTAHAN KEDALAM DISTRIK
WILAYAH KERAJAAN BALANIPA MULA-MULA DIBAGI ATAS 27 DISTRIK SBB:
1. DISTRIK BATU LAYA (ANA’ BANUA DARI BANUA KAIYANG TODANG-TODANG)
2. DISTRIK LOMBOK (ANAK BANUA DARI BANUA KAIYANG MOSSO)
3. DISTRIK GALUNG (DARI PERKAMPUNGAN-PERKAMPUNGAN KHUSUS)
4. DISTRIK PAMBUSUANG (ANAK BANUA DARI BANUA KAIYANG MOSSO)
5. DISTRIK TAMMANGALLE (BANUA TEMPAT PAPPUANGAN BIRING LEMBANG)
6. DISTRIK TANGNGA (BANUA DIBAWAH PAPPUANGAN KOYANG)
7. DISTRIK KARAMA (BANUA DIBAWA PAPPUANGAN LAKKA)
8. DISTRIK NAPO (BANUA KAIYANG)
9. DISTRIK SAMASUNDU (BANUA KAIYANG)
10. DISTRIK MOSSO (BANUA KAIYANG)
11. DISTRIK TODANG-TODANG (BANUA KAIYANG)
12. DISTRIK PUSSUI (DARI PARROMMO)
13. DISTRIK CAMPALAGIAN (KERAJAAN CAMPALAGIAN)
14. DISTRIK ALLU (KERAJAAN ALLU) 15. DISTRIK TANDASURA (KHUSUS)
16. DISTRIK MAPILLI (KERAJAAN MAPILLI)
17. DISTRIK PA’LA (DARI PALILIARUA)
18. DISTRIK SABURA (DARI PALILIARUA)
19. DISTRIK BULO
20. DISTRIK TAPANGO (DARI KERAJAAN TAPANGO NEPO)
21. DISTRIK NEPO (DARI KERAJAAN TAPANGO NEPO)
22. DISTRIK BATU (DARI PALILI ARUA)
23. DISTRIK TARAMANU (DARI KERAJAAN TARAMANU)
24. DISTRIK BULUBENGI (DARI LIMAMBANUA)
25. DISTRIK TUBBI (KERAJAAN TUBBI)
26. DISTRIK POLEWALI (DARI LIMAMBANU)
27. DISTRIK LENGGO (DARI PALILI ARUA)

Pembagian 27 Distrik Ini Tidak Lama Berlangsung, Berhubung Pemerintah Belanda Menganggap Kurang Strategis Untuk Pencapaian Tujuan Penjajahan, Sehingga Pada Tahun 1911 Jumlah Distrik Di Peciut/Dikurangi Menjadi 11 (Sebelas) Distrik.
Adapun Kesebelas Distrik Tersebut Adalah Sbb:
1. Distrik Batulaya (Penggabungan Distrik Lama Batulaya Dengan Distrik Lombo’) Dikepalai Oleh Pa’bicara Kaiyang (Anggota Hadat Balanipa).
2. Distrik Pambusuang (Penggabungan Distrik Lama Pambusuang, Tammangalle, Tangnga-Tangnga, Dan Karama Dikepalai Oleh Pappuangan Biring Lembang (Anggota Hadat Balanipa).
3. Distrik Galung-Galung (Dari Kampong Khusus) Dikepalai Oleh Pa’bicara Kenje Anggota Hadat Balanipa.
4. Distrik Napo (Penggabungan Distrik Lama Napo Dan Samsundu Dikepalai Oleh Pappuangan Limboro (Anggota Hadat Balanipa)
5. Distrik Mosso (Penggabungan Distrik Lama Mosso, Toda-Todang Dan Pussui Dikepalai Oleh Pappuangan Tenggelang Anggota Hadat Balanipa.
6. Distrik Campalagian (Tetap Nama Semula) Dikepalai Oleh Maradia Campalagian, Dimana Waktu Itu Masih Semata-Mata Kepala Distrik, Belum Merangkap Maradia Matoa Balanipa.
7. Distrik Allu (Penggabungan Distrik Lama Allu Dan Tandasura Dikepalai Oleh Naradia Allu.
8. Distrik Mapilli (Penggabungan Distrik Lama Mapilli, Da’ala, Saburra Dan Bulo Dkepalai Oleh Maradia Mapilli.
9. Distrik Tapango (Penggabungan Distrik Lama Tapango, Nepo Dan Batu) Dikepalai Oleh Maradia Tapango.
10. Distrik Taramanuk (Penggabungan Distrik Lama Taramanuk Dan Bulubengi
11. Distrik Tu’bi (Penggabungan Distrik Lama Tu’bi, Polewali Dan Lenggo Di Kepalai Oleh Maradia Tu’bi
Catatan:
Pada Tahun 1937 Pada Periode Pemerintahan Andi Baso Maradia Balanipa, Dimasukkan Tranmigrasi Dari Pulau Jawa, Mereka Ditempatkan Diwilayah Mapilli Dan Sebagaiannya Diwilayah Distrik Tapango.
Kedua Daerah Yang Ditempati Transmigtasi Tersebut Digabungkan Menjadi Satu Distrik Yang Baru Dan Di Kepalai Oleh Seorang Asisten Wedana Yangb Bernama R. Soeparman (Berasal Dari Jawa)
Dengan Terbentuknya Sebelas Distrik Tersebut Oleh Ulah Pemerintah Belanda, Maka Jabatan-Jabatan Adat Sebagai Pemerintah Otonomi Diwilayah-Wilayah Appe’ Banua Kaiyang, Banua-Banua Dan Banua Baik Diwilayah Kerlan(Wilayah Asal) Maupun Diluarnya, Tidak Diakui Lagi Oleh Pemerintah Belanda, Semuanya Digantikan Dengan Pengangkatan Kepala Kampong Yang Dipilih Oleh Rakyat, Bahkan Ditiap-Tiap Wilayah Banua Kaiyang Dibagi Menjadi Beberapa Kampong-Kampung Yang Diperintah Oleh Kepala Kampong. Dengan Perubahan-Perubahan Tersebut Diatas, Maka Diseluruh Wilayah Kerajaan Balanipa Menyangkut Jabatan Terjadi Perubahan Pula Yang Bermacam-Macam, Dimana Kepala Kampong Yang Statusnya Disamping Sebagai Kepala Wilayah, Bagian Administrative Dibawah Kepala Distrik, Juga Merangkap Jabatan Hadat Yang Juga Berfungsi Untuk Urusan-Urusan Adat Setempat, Ada Pula Yang Memisahkan Jabatan Kepala Kampong Dan Jabatan Adat Diwilayah Yang Sama Dan Ada Pula Yang Sama Sekali Tidak Memakai Lagi Jabatan Adatnya.
Pada Realitasnya Pappuangan Dari Appe’ Banua Kaiyang Keberadaannya Tidak Lagi Diakui Oleh Pemerintah Penjajah (Belanda), Tetapi Dalam Masyarakat, Utamanya Dalam Pemilihan Maradia Balanipa Dan Pappuangan Limboro Begitupun Pada Pelantikannya Ternyata Masih Sangat Berpengaruh Dan Tidak Dapat Ditinggalkan Begitu Saja. Sehingga Pappauangan Yang Memang Sudah Ada Dibiarkan Terus Menjalankan Fungsinya Khusus Pada Bidang Urusan Hadat, Antara Lain Yang Menyangkut Pemilihan Dan Pelantikan Maradia Balanipa Dan Pappuangan Limboro Yang Baru.
Pelaksanaan Pemerintahan Swapraja Ala Pemerintahan Belanda Berlangsung Sampai Pada Tahun 1959 Dengan Lahirnya Uu No.29tahun 1959 Tentang Pembentukan Pemerintahan Daerah Di Sulawesi Dan Saat Itu Pula System Pemerintahan Swpraja Di Indonesia, Maka Berakhirlah System Pemerintahan Kerajaan Balanipa Yang Para Pejabat Pemerintahannya Disyaratkan Turun Temurun Dari Nenek Moyang Itu.


B. KERAJAAN SENDANA

Salah Satu Kerajaan Didaerah Mandar Tergabung Dalam Persekutuan Pitu Babana Binanga Dengan Status Sebagai Ibu. Sendana Ditemukan Oleh Daeng Tumana Tomakaka Tabulahan (Dari Pitu Ulunna Salu). Adik Kandung Daeng Tumana Bernama Daengpalulung Yang Memperistrikan Tomesaraung Bulawang Putrid Raja Bone Dating Bermukim Di Saqdawang. Daeng Palulung Dan Tomesaraung Bulawang Dalah Raja Dan Permaisuri Paertama Kerajaan Sendana (Pendapat A.M. Mandra).
Penamaan Sendana Berasal Dari Kata Sendana , Dimana Pada Waktu Itu Tomesaraung Bulawang Mempunyai Tongkat Dari Kayu Cendana Yang Ditancapkannya Di Puncak Buttu/Gunung Suso Yang Kemudian Tumbuh Subur. (Pendapat Sadid Dan Soenoesi): Tongkat Tobondeq Adik To Papo Yang Secara Ajaib Ditemukannya Dikampung Waras Yang Didlilit Kain Kuning Yang Kemudian Bernama Cakkuriri Bergambar Seekor Kelajengking, Dua Bilah Pedang Bersilang Dan Bertuliskan “Lailaha Illallah Muhammadarrasulullah”. Dan Tongkat Dari Tangkai Pohon Cendana Itulah Yang Beberapa Lama Setelah Ditancapkan Oleh To Bondeq Yang Tumbuh Subur.
Daeng Palullung Ditempat Itu Mendirikan Kerajaan Sendana Sekitar Abad Ke-9 Miladiyah Dengan Gelar Arayang Sendana.
Dikisahkan Bahwa Cakkuriri Itu Diambil Oleh Daeng Palulung Dibaras Mamuju Dalam Pengembaraannya Sebelum Mengawini Tomesaraung Bulawang Saqadawang, Berates Tahun Lamanya Menjadi Ibu Kota Kerajaan Sendana, Mulai Dari Kerajaan Sendana Yang I Yaitu Daeng Palullung Sampai Yang Ke Iii Yaitu Idaeng Marritu’ Yaitu Putra (Indara Putri Daeng Palullung).
Nantialah Raja Sendana IV Puatta Ipodang, Ibu Kota Kerajaan Sendana “Diturun Pindahkan” Kepantai Ditempatkan Dipodang Sirua, Sendana Berates-Ratus Tahun Lamanya Podang Menjadi Ibu Kota Kerajaan Sendana. Pada Masa Pemerintahan Mappagiling Raja Sendana Yang Yang Ketiga Puluh Enam, Dalam Tahun 1917 Miladiyah, Ibu Kota Sendana Dipindahkan Dari Pdang Ke Somba.
Adapun Batas-Batas Kerajaan Sendana Adalah Sbb:
a. Disebelah Utaara Berbatasan Dengan Malunda (Daerah Mandar Pamboang, Kecuali Ulu Manda; Karena Ulu Manda’ Lebih Dulu Masuk Kerajaan Sendana).
b. Sebelah Timur Berbatasan Dengan Lembang Mapi.
c. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Kerajaan Pamboang Dan
d. Sebelag Barat Berbatasan Dengan Selat Makassar.


STRUKTUR DAN SISTIM PEMERINTAHAN KERAJAAN SENDANA

Periode Tradisonal
Pada Waktu Cikal Bakal Kerajaan Sendana Disaqadawang, Daeng Tumana Tomakaka Tabulahan Sudah Merintis Permukiman/Perkampungan Dan Organisasi Kekuasaan Yang Dipimpinnya Dikenal Dengan Istilah Bawa Tau (Pemimpin Kaum).
Dari Bawa Tau Menjadi Pappuangan. Pada Masa Daengpalulung Tomesaraung Bulawang Menjadi “Patta Sampai Istana Raja Berdiri Disqadawang, Mulai Saat Itu Dekenal Dengan Istilah To Memmara-Maradia Yang Akhirnya Menjadi Maradia Dan Meningkat Menjadi Arajang.
Istilah Dan Fungsi Pappuangan Dan Puatta Masih Tetap Ada Sebagai Adat Yang Mempunyai Tugas Pokok Badan ”Legislatif” Sekalian Mempunyai Daerah/Penduduk Asli. Datang Pula Andirinna Dari Rante Bulahan Ke Tallambalaodan Menjadi Maradia/Pemimpin/Penguasa Didaerah Itu Dengan Gelar Tomakaka Talambalao.
Pada Proses Selanjutnya Gelar Tomakaka Berubah Menjadi Maradia Tallambalao. Kemudian Suatu Waktu Berubah Menjadi Maradia Tammala Ra’da Yang Akhirnya Menjadi Maradia Tammero’do’. Semulah Daerah Tammero’do’ Disebelah Utara Berbatasan Dengan Kerajaan Onang Dan Daerah Pdang Di Selatan.
Pada Masa Berikutnya Dating Pulah Inuji Alias Tokera’ Tosiwawa Ada’ Dan Bermikim Di Limboro Rambu-Rambu Menjadi Sambolangi (Panlima Perang) Di Kerajaan Sendana. Dari Gabungan Ketiga Sumber Manusia Yang Serumpun Dari (Pitu Ulunna Salu: Tabulahan, Rantebulahan, Aralle) Disendani Ini, Lahirlah Daerah Kerajaan Sendana Dengan Ibu Kota Kerajaan Isaqadawang.

Struktur Hadat Dan Susunannya Di Sendana
Puttada’ Dengan Tallumbalao Ditetapkan Sebagai Daerah Pattannang Ada’. Pattannang Ada’ Yang Menentukan Calon Pemangku Adat Diantara Semua Lembaga Adat Yang Disebut “Sappulo Sokko Ada’ Disendana.
Pemilihan Calon Pemanku Hadat Mulai Dari Pa’bicara Tangnga Sampai Mosso, Maka Ptta’da Yang Menjadi Jarum (Ketua) Dan Tallambalao Menjadi Banning (Benang) Atau Anggota Dan Mulai Dari Tammero’do Sampai Tubo. Tallambalao Menjadi Rarung (Jarum) “Ketua” Dan Putta’da Menjadi Banning (Benangi “Anggota”
Setelah Pemangku Adat Yang Sepuluh Itu Lengkap Menuduki Jabatan Masing-Masing, Musyawarah Adat Pun Dilakukan Memilih Maradia/Raja Sendana Oleh Para Pemangku Adat Yang Sepuluh Itu Juga Yang Memberhentikan Maradia/Raja. Sementara Maradia/ Raja Tidak Berwenang Memecat/Memberhentikan Pemangku Hadat. Pemilihan Pengangkatan/Pelantikan Raja Sendana Sama Dengan Proses Pemilihan Di Kerajaan Balanipa.


WEWENANG, FUNGSI DAN CARA MEMUNDURKAN/MEMECAT RAJA PADA PERIODE TRADISIONAL

Maradia/Raja Sendana Adalah Symbol Kekuasaan Tertinggi Dalam Struktur Pemerintahaan Kerajaan, Dalam Menjalankan Fungsinya, Ia Tidak Otoriter, Tidak Menjalankan Kekuasaan Mutlak. Mekanisme Roda Pemerintahan Dijalankan Oleh Para Pa’bicara, Pappuangan Dan Perangkat Pemerintahan Kerajaan Lainnya.
Dalam Usaha Hukum Dan Penerapannya Dalam Masyarakat Oleh Musyawarah Adat, Juga Atas Nama Mara’dia. Gerak Kekuasaan Dipagari/Dibatasi Oleh Adat. Karena Ia Diangkat Dan Dilantik Menjadi Raja Oleh Musyawarah Adat Berdasarkan Hukum Adat. Dimana Raja Wajib Memilihara Dan Melindungi Keseluruhan Adat Istiadat Yang Tumbuh Dan Berkembang Di Masyarakat.
Raja Sendana Diturungkin Dari Singgasana Melalui Musyawarah Adat, Apabila Wilayah Dan Masyarakat Sendana Berlangsung Keadaan Yang Digambarkan/Dikatakan Dalam Bahasa Mandar Oleh Ma’ebarang (Seorang Budayawan Sendana A.M.Manra Dan Diterjemahkan Sekaligus Dijelaskannya Sbb: Mua Tattisamba’mi Lembong (Bila Ombak Sudah Tidak Memecah Kepantai, Hasil Laut Tidak Ada) Tamma Pa’dendammi Palungan (Lesung Sudah Tidak Berdendang Lagi, Pangan Tidak Jadi/Tidak Ada) Tammetutturuku’mi Manu (Ayam Sudah Tidak Berkokok Lagi) Tammembura’mi Mera’ (Pinang Sudah Tidak Tak Berbunga, Buah-Buahan Tidak Jadi) Tammendaummi Ayu Pangale (Kayu Dihutan Sudah Tak Berdaun, Terjadi Pacelik) Malanemi Buttu (Gunung Telah Gundul, Terjadi Kemarau Panjang) Laanmi Lita’ (Tanah Sudah Lekang, Kemarau Membuat Tanah Tak Berhasil), Amalussuammi Dui-Dui’ (Rumputpun Sudah Layu, Kehidupan Rakyat Merana), Bullemi Bandangang (Pikullah Tombak Pusaka), Puyiri Pasa’ Tippo (Pakai Keris Pusaka), Patili Sallu-Sallu (Miringkan Kekiri) Destar, Anna Muambei Awiasang (Kemudian Lakukan Adat), Odiada’ Odibiasa ( Sesuai Adat Kebiasaan).
Demikianlah Jika Keadaan Dalam Kerajaan Sudah Berlangsung Sebagaimana Yang Dilukiskan Dalam Ungkapan Dari Kalimat Moa’ Tattisamba’mi Sampai Amalassuammi Dui-Dui Dan Semua Anggota Adat Yang Berwenang, Lengkap Pakaian Adat Dengan Daster Dimiringkan Kekiri Berjalan Beriringan Teratur Didepan Istana Raja, Maka Saat Itu Raja Sudah Harus Tahu Diri, Mengerti Apa Yang Harusnya Ia Lakukan Berikut Ini: Tidak Terlalu Lama Berselang, Secara Pribadi Dengan Penuh Kekeluargaan, Raja Mengundang Anggota Lembaga Hadat Yang Mengangkatnya Menjadi Raja, Beramah-Ramah Di Istina, Ditempat Disebut Polimboang (Tempat Berkumpul Berbincang Bermustawarah) Raja Mengatakan Kepada Tamunya Terutama Anggita Lembaga Adat Itu Supaya Segera Ia Carikan Pengganti, Dengan Alas An Basi-Basi “Kesehatannya Tidak Mengisinkan Lagi” Untuk Menjadi Raja, Atau Mencari Alas An Lainnya, Tanpa Menyinggung Keadaan Yang Sebenarnya.
Kata Di Pecat” Dalam Budaya Sendana Ialah “Niwei Ewangang Malawas” (Diberikan Senjata Panjang), Raja Yang Dijatuhi Hukuman “Niwei Ewangan Malawas” Apa Bila Seorang Raja Melakukan Pelanggaran Moral/Akhlak. Menurut Adat, Raja Yang Diberi Ewangan Malawas Oleh Musyawarah Adat, Maka Sampai Tujuh Turunan Anak Cucunya Tidak Boleh Diangkat Menjadi Raja Sendana, Namun Bagi Raja Yang Meletakkan Jabatan Bukan Karena Niwei Ewangan Tidak Dikenakan Sumpah Tersebut.

SAPPULO ADA’ DISENDANA ADALAH SEBAGAI
1. Puatta Di Podang
2. Pappuangan Di Putta’da’
3. Maradia Talambalao (Maradia Tammero’do)
4. Maradia Limbua’
5. Pa’bicara Tangnga
6. Mara’dia Onang
7. Maradia Tubo
8. Maradia Kenje
9. Tomakaka Ulumanda’
10. Tosiwawa Ada’ Dilimboro.

Dalam Pelaksanaan Pemerintahan, Pemangku Hadatlah Memerintah Berhubungan Langsung Dengan Rakyat/Masyarakat Atas Nama Raja.

ANA BANUA
Dalam Kerajaan Sendana, Disamping Sappulo Sokko’ Ada’ Terdapat Juga Lembaga Adat Yang Disebut Ana’ Banua. Ana’ Banua Itu Terlibat Didalam Pemilihan Calon Pemangku Adat Didaerah Masing-Masing, Tetapi Tidak Dilibatkan Didalam Musyawarah Adat Memilih Dan Mengangkat Raja.

Adapun Ana Banua Tersebut Ialah:
1. Mosso Dengan Maradia Mosso
2. Somba Dengan Maradi Somba
3. Awe’ Dengan Pappuangan Di Awe’
4. Paminggalan Dengan Maradia Paminggalan
5. Banua Babi Dengan Maradia Banua Mabi
6. Tolongga Dengan Pue’ Di Talongga
7. Lemo Dengan Pue’ Dilemo
8. Puttamoe’ (Awo’) Dengan Maradia Puttamue’ Kemudian Berubah Menjadi Tomanjannangngi Di Awo’
9. Buya Dengan Puatta Di Buya
10. Kulasi Dengan Puatta Di Kulasi
11. Balaggitang Dengan Pue’ Dibalanggitang
12. Salutambung Dengan Pue’ Disalutambung.

DAERAH TOTALLUMBANUA
1. Poniang
2. Tunu Ballo Berubah Menjadi Tunu Bulang
3. Karema
Totallumbanua Bertugas Menghibur Kerajaan Sendana Dan Mengusung Mayat Raja Sendana.
Adapun Yang Membantu Raja Di Urusan Pemerintahan Adalah Sejumlah Sejumlah Pejabat Kerajaan Sbb:
1. Maradia Matoa Koordinator Urusan Pemerintahan Didalam Dan Diluar Istana.
2. Maradia Malolo Coordinator Urusan Pertahanan Dan Keamanan Merangkap Panglima Perang.
3. Pa’bicara Kaiyang Coordinator Urusan Lembaga Adat
4. Pa’bicara Parattas Penasehat Raja Bidang Hokum
5. Suro’ Tannipasang Diplomat Berkuasah Penuh Di Kerajaan
6. Andongguru Joa’ Matoa
7. Andongguru Joa’ Passinapang
8. Andongguru Joa’ Pa’burasang
9. Andongguru Joa’ Pakkamu7su

Andongguru Mengkoordinasi Joa’ (Lascar/Pasukan) Dan Kesemuanya Dibawa Komando Maradia Malolo.
Dalam Ensiklopedia “Suradi Yasil” Dalam Keterangan Dari (Sadaid Dan Soenoesi, 1984) Dijelaskan Bahwa Fungsi Raja Dan Pembantu Raja Sendana Dalam Urusan Pemerintahan Adalah Sbb:
1. Maradia/Raja Adalah Pucuk Pimpinan/Ketua Hadat Dalam Kerajaan Sendana.
2. Maradia Matoa Adalah Wakil Maradia Dan Penangguruanna To Ada’
3. Pa’bicara Kaiyang/Sulonai Putta’da.
4. Pa’bicara Tangnga Sulonai Mosso
5. Pa’bicara Kenje Sulonai Tamajijiran Atau Tallumbanua (Poniang, Karema, Tomibulang). Tallmbanua Ini Diawasi Oleh Tomanjannangngi Hadat Kerajaan Sendana.
6. Suro’ Tandi Pasang, Menjelma Menjadi Parattas Bicara, Atau Pa’bicara Tappabaru, Hadat Dalam Kerajaan Sendana.

PERIODE PENJAJAHAN
Dalam Periode Ini, Sebagai Penjajah Yang Berkuasa, Belanda Telah Mencampuri Urusan Adat Pemerintahan Dikerjakan Sendana. Golongan Bangsawan Yang Bias Bekerja Sama Dengan Belanda Memperoleh Dan Memanfaatkan Kesempatan.
Dibawa Pengaruh Dan Perlindungan Belanda, Mulailah Raja Mengatur Dan Menetapkan Siapa-Siapa Yang Bisa Diangkat Menjadi Pemangku Hadat, Walaupun Yang Bersangkutan Tidak Memenuhi Syarat/Criteria Menurut Adat Kebiasaan Leluhur.
Lembaga Musyawarah Adat Yang Sebenarnya Masalah-Masalah Tertentu Sudah Tidak Berfunsi Lagi.
Pada Tahun 1917 Ibu Kota Kerajaan Dari Podang Dipindahkan Kesomba Bertepatan Wafatnya Raja Sendana Rukkalaumu (Tonitatta’) Dan Digantikan Oleh Mappagiling Memangku Tahta Kerajaan Sendana, Dan Pua’ Sopu’ Yang Menjadi Pa’bicara Melalui Musyawarah Adat Jabatan Pa’bicara Kaiyang Dilimpahkan Pada Putrinya Sitti Daeni, Dan Tugas Sehari-Harinya Dijalankan Oleh Suaminya Aco’ Pua’ Pawelai, Sepupuh Mappagiling Raja Sendana. Dimasa Itulah Kerajaan Sendana Dirubah Menjadi Lonschap Tjnrana.
Jabatan-Jabatan Pa’bicara, Pappuangan, Pue’, Tammajannangi Dan Sebagainya Dirubah/Diangkat Menjadi Kepala Distrik Dan Kepala Kampong.


DISTRIK DAN NAMA JABATAN DALAM PEMERINTAHAN ADALAH SBB:
1. Pa’bicara Kaiyang Menjadi Kepala Distrik Somba
2. Pa’bicara Kenje’ Menjadi Kepala Distrik Pundu
3. Pa’bicara Tangnga Menjadi Kepala Distrik Limbua
4. Maradia Tammero’do Menjadi Kepala Distrik Tammero’do
5. Maradi Aonang Menjadi Kepala Distrik Onang
6. Maradia Tubo Menjadi Kepala Distrik Tubo
7. Tomakaka Ulumanda Menjadi Distrik Ulumanda
Ammaradiang Limbua’ Dimasukkan Dalam Distrik Limbua’
Pemerintahan Adat Di Putta’da Dan Limboro Rambu-Rambu Dimasukkan Ke Distrik Lain.

Periode Kemerdekaan:
Dalam Periode Ini Struktur Wilayah Dan Istilah/Nama Jabatan Adat Tidak Berubah, Tapi Sistim Pemerintahan Diwilayah Sendana Berubah Menjadi Kecamatan Sendana Yang Dipimpin Oleh Camat, Sama Dengan Kecamatan Lainnya Di Indonesia, Sesua Napas Uu.N0.29 Tahun 1959
Dalam Wilayah Kecamatan Sendana Terdapat Dua Kelurahan Dan Lainnya Desa Sbb:
1. Kelurahan Mosso Ibu Kotanya Somba
2. Kelurahan Mosso Dua Ibu Kotanya Mosso
3. Desa Puta’da Ibu Kotanya Binanga
4. Desa Sendana Ibi Kotanya Palipi
5. Desa Tammero’do Ibu Kotanya Pellattoang
6. Desa Seppong Ibu Kotanya Seppong
7. Desa Ulidang Ibu Kotanya Labuang
8. Desa Onang Ibu Kotanya Para’baya
9. Desa Tubo Ibu Kotanya Batu Roro.


C. KERAJAAN BANGGAE

Salah Satu Kerajaan Didaerah Mandar Yang Merupakan Anak Tomayolin-Jolinna Balanipa Dan Anggota Persekutuan Pitu Ba’bana Binanga, Wilayah Kerajaan Banggae Sekarang Ini Di Kabupaten Majene.

PEJABAT PEJABAT DALAM KERAJAAN BANGGAE
1. Mara’dia Banggae
2. Maradia Matoa (Ada Yang Berpendapat Berfungsi Setara Dengan P.M
3. Pa’bicara Malolo
4. Pa’bicara Totoli
5. Pa’bicara Pangali-Ali
6. Pa’bicara Baru
7. Tokaiyang Di Banggae
8. Tokaiyang Di Pangali-Ali

SAPPULO SOKKO DEWAN ADAT KERAJAAN BANGGAE
Pada Masa Pemerintahan Raja Banggae “Tomappeanangi Ayahanda Tomatindo Disalombo” Dewan Hadat Kerajaan Banggae Terdiri Atas:
1. Pa’bicara Banggae
2. Pa’bicara Totoli
3. Pa’bicara Baru
4. Pa’bicara Pangali-Ali
5. Tokaiyang Di Banggae (Pembantu Pa’bicara Banggae Berkedudukan Disaleppa)
6. Puang Ditalise (Pembantu Pa’bicara Totoli Berkedudukan Di Talise)
7. Tomalamber Dirangas (Pembantu Pa’bicara Baru Berkledudukan Di Rangas)
8. Lasewau Dicamba (Pembantu Pa’bicara Baru Berkedudukan Dicamba)
9. Tokaiyang Di Pangali-Ali (Pembantu Pa’bicara Pangali-Ali Berkedudukan Di Pangali-Ali
10. Tolimappongnge’ Digalung (Pembantu Pabicara Pangali-Ali Berkedudukan Dipangali-Ali

TUGAS DEWAN HADAT INI BERTUGAS
1. Membuat Undang-Undang Kerajaan
2. Memilih Dan Mengangkat Raja
3. Mengadili Setiap Perkara
4. Memberi Nasehat Kepada Raja Diminta Atau Tidak.
SEGALA SESUATU YANG RESMI/FORMAL KEPUTUSAN DEWAN HADAT DISAMPAIKAN KEPADA RAJA BANGGAE HARUS MELALUI ANDONGGURU TOTONGAN LOA. SEDANGKAN PERINTAH ATAU KEPUTUSAN RAJA BANGGAE DISAMPAIKAN OLEH MARADIA MATOA KEPADA ANDONGGURU TOTONGAN LOAD AN PA’BICARA.
WILAYAH-WILAYA KEWENANGAN:
WILAYAH KEWENANGAN KEPA’BICARAAN
1. WILAYAH KEPA’BICARAAN TOTOLI, MELIPUTI: SOREANG, RANGAS, PAMBO’BORANG, MANGE DAN DETENG-DETENG.
2. WILAYAH KEPA’BICARAAN BARU, MELIPUTI: TOPPO, CAMBA, BARUGA DAN SEGERI
3. WILAYAH KEPA’BICARAAN PANGALI-ALI, MELIPUTI: BINANGA, TANJUNG BATU, PARAPPE, PANGALE, BARANE’, SALA BULO DAN GALUNG.

PEJABAT KERAJAAN LAINNYA MELIPUTI:
1. MARA’DIA MALOLO, SEBAGAI PANGLIMA ANGKATAN PERANG/PERTAHANAN KERAJAAN, MEWAKILI RAJA DALAM URUSAN PEMERINTAHAN APABILA RAJA BERHALANGAN.
2. BALI PAYA’, BERTUGAS MEMILIH DAN MENGANGKAT PA’BICARA.
3. SAWANNAR, BERTUGAS MEMUNGUT BEA DI PELABUHAN, BERTANGGUNG KEPADA RAJA.
4. PALLENG PASAR, MEMUNGUT SUSUN PASAR, BERTANGGUNG JAWAB LANGSUNG KEPADA RAJA.
5. PAPPUANGAN DI SALABOSE, BERTUGAS MELAKSANAKAN PEMERINTAHAN RAJA DISALABOSE, MENYIMPAN DAN MEMELIHARA BENDA-BENDA PUSAKA KERAJAAN BANGGAE.

D. KERAJAAN PAMBOANG
KERAJAAN PAMBOANG ADALAH SALAHSATU KERAJAAN DI DAERAH MANDAR. WILAYAH KERAJAAN PAMBOANG, SEKARANG INI DI KABUPATEN MAJENE, TERGABUNG DALAM PERSEKUTUAN PITU BA’BANA BINANGA DENGAN STATUS SEBAGAI ANA’ (ANAK) DALAM PENGERTIAN ANGGOTA (DALAM BAHASA LONTAR YANG DITUTURKAN BIASA DISEBUT ‘TOWAINE’ PITU BA’BANA BINANGA’) DIA ANAK PERTEMUANNYA PITU BA’BANA BINANGA.

PARA PEJABAT DALAM KERAJAAN PAMBOANG ADALAH:
1) MARADIA PAMBOANG
2) MARADIA MATOA (ADA YANG BERPENDAPAT SETARA DENGAN PERDANA MENTERI DAN KETURUNAN RAJA PAMBOANG DARI PUANG SASSIGI (BUANG PUANG RESSU). HUBUNGAN MARADIA DENGAN ANGGOTA HADAT PAMBOANG HARUS MELALUI PERANTARAAN MARADIA MATOA.
3) PA’BICARA BONDE
4) PA’BICARA ADOLANG
5) SURO PUANG DITAWARO
6) SURO PUANG DI POLONG
7) PA’BICARA LALAMPANUA.

E. KERAJAAN MAMUJU
KERAJAAN MAMUJU ADALAH SALAH SATU KERAJAAN DI DAERAH MANDAR. WILAYAH KERAJAAN MAMUJU SEKARANG INI DIKABUPATEN MAMUJU. ADALAH TERGABUNG DALAM PERSEKUTUAN PITU BA’BANA BINANGA DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK.

PARA PEJABAT DALAM KERAJAAN MAMUJU IALAH:
MARADIA MAMUJU
1) MARADIA MATOA (PERDANA MENTERI)
2) PUE BALLUNG
3) PUE TOKASIBA
4) PUE PEPA
5) PA’BICARA
6) PANGULU

F. KERAJAAN TAPPALANG
KERAJAAN TAPPALANG ADALAH SALAH SATU KERAJAAN DIDAERAH MANDAR YANG JUGA TERGABUNG DALAM PERSEKUTUAN PITU BA’BANA BINANGA. WILAYAH KERAJAAN TAPPALANG SEKARANG INI MASUK DIKABUPATEN MAMUJU. STATUS KERAJAAN TAPPALANG ADALAH ANAK DARI PITU BA’BANA BINANGA.

PARA PEJABAT DALAM KERAJAAN TAPPALANG IALAH:
1) MARADIA TAPPALANG
2) MARADIA MATOA (PERDANA MENTERI)
3) PUNGGAWA PAYANGGINA
4) PUNGGAWA TAPPALANG
5) PUNGGAWA AROBUA
6) PUNGGAWA PASSABU.

G. KERAJAAN BINUANG.
ADALAH SALAH SATU KERAJAAN DIDAERAH MANDAR, WILAYAH KERAJAAN BINUANG SEKARANG INI DIKABUPATEN POLEWALI MANDAR, TERGABUNG DALAM PERSEKUTUAN PITU BA’BANA BINANGA DENGAN STATUS SEBAGAI ANA’ ANAK DALAM PENGERTIAN SEBAGAI ANGGOTA.

PARA PEJABAT DALAM KERAJAAN BINUANG IALAH:
1) ARUANG BINUANG
2) ARUANG MALOLO (SEMACAM PERDANA MENTERI)
3) ARUNG MATOA
4) PA’BICARA LOTONG
5) PAPPUANGAN BULANG
6) PAPPUANGAN BINUANG
7) MATOA PAKU

CIKAL BAKAL KERAJAAN BINUANG DIMULAI DISUATU PERKAMPUNGAN REA TIMUR SEKARANG DILERENG BUTTU PUSU, DIPEKIRAKAN SEKITAR ABAD KE-16, DIKAMPUNG ITU LAHIR SEORANG LAKI-LAKI YANG BERNAMA TOKALEANG BERARTI (LUAR BIASA). TOKALEANG BERTUMBUH MENJADI SEORANG LAKI-LAKI PERKASA YANG PEMBERANI DAN SELALU MEMBELA ORANG YANG DIANGGAPNYA BENAR.
DIKISAHKAN IA PANDAI ILMU PALAK, ILMU PASTI DAN JUGA AHLI GAIB. IA SENANTIASA BERTAPA DI BUTTU PUSU PADA SATU BATU BESAR YANG BERNAMA BUTTU PAERAN. IA KAIWIN DENGAN SEORANG WANITA CANTIK “TOMANURUNG”. (ORANG TURUN DARI KAYANGAN). HASIL PERKAWINANNYA ITU LAHIR DUA ORANG PUTRA YAITU: KAKAK YANG BERNAMA TAPENGO DAN ADIK BERNAMA TAKUMBA.
SETELAH TOKALEANG UZUR, BERDASARKAN KESEPAKATAN PARA TOMAKAKA DISEKITARNYA, TAPENGO DIANGKAT MENJADI RAJA DAN TAKUMBA WAKIL RAJA. PADA WAKTU ITU PULA DITETAPKAN BAHWA AMASSANGAN DIJADIKAN IBU KOTA KERAJAAN.

PADA SUATU KESEMPATAN TAPENGO RAJA DI AMASSANGAN ITU MEMBANTU RAJA BONE BERPERANG DENGAN RAJA PINEKO DINEGERI WAJO, DENGAN PENUH SIASAT YANG TINGGI IA DAPAT MENEWASKAN PINEKO. NSETELAH TAPENGO BERPERANG DENGAN ORANG SUPPIRANG, SEPANG, SARURA, POKKO, KUNYI, PAPPANDANGAN, MENDAPAT BANTUAN DARI RAJA BONE DIMANA MELAKUKAN PEMBAKARAN PADA WILAYAH YANG DISERANG TERSEBUT. SEHINGGA SEJAK ITU DIWILAYAH TERSEBUT DISEBUTKAN KANDEAPI, DENGAN DEMIKIAN WILAYAH KERAJAAN AMESSANGAN BERTAMBAH LUAS, SEBAGAI DAERAH TAMBAHAN ITU ANTARA LAIN DIPEROLEHNYA SEBAGAI PEMBERIAN RAJA BONE YANG BERADA DALAM WILAYAH SAWITTO (SAMPAI KETEPI SUNGAI BINANGA TERUS KETEKKONG) DAN ADA JUGA SEDIKIT WILAYAH KERAJAAN BALANIPA DIPEROLEHNYA BERKAT JASA BAIK RAJA BONE MEMINTAKAN PADA SAHABATNYA RAJA BALANIPA (MULAI DARI BULU BAWANG TERUS KEBULU TALLOE BERBATASAN DENGAN BATU TAPANGAO)
ADAPUN APARAT PEMERINTAHAN KERAJAAN AMESSANGAN OLEH RAJA TAPENGO SBB:
1. ARUNG MALOLO, SEBAGAI PASSULLE ARAJANG (ORANG BUGIS MENYEBUTNYA SULLEWATANG), ARUNG MALOLO BERTINDAK SEBAGAI WAKIL RAJA. APABILA RAJA BERHALANGAN, ARUNG MALOLO HARUS SAMA DERAJAT/KADAR DARAHNYA DENGAN RAJA, SEHINGGA ARUNG MALOLO HARUS DARI SAUDARA RAJA ATAU PUTERA RAJA YANG SEWAKTU-WAKTU DAPAT DIANGKAT MENJADI RAJA APABILA RAJA BERHALANGAN TETAP MENURUT ADA’MAPPURA ONRO TAMPEDDING RIGERO.
2. ARUNG MATOA RIPADANGNGE, SEBAGAI PENGHULU PERANG
3. PA’BICARA LOTONG, MENGURUS SEGALA PERKARA DALAM KERAJAAN
4. PA’BICARA BULANG, MEMBANTU PA’BICARA LOTONG MENGURUS SEGALA PERKARA DALAM KERAJAAN
5. PAPPUANGAN BINUANG, MENGURUS SEGALA PERKARA YANG TERJADI DALAM WILAYAH ULUBATE ATAU MIRRING, BATETANGNGA ATAU PENANIAN DAN TAPPA BATE ATAU DARA’
6. SURI BONE, PENGANTAR SURAT DARI ARAJANG BINUANG KERAJA BONE (ARUNG PONE)
7. SURO MALAPPA, PENGANTAR SURAT DARI RAJA BINUANG KEPADA PARA PEMBANTU RAJA
8. PEJABAT-PEJABAT LAINNYA YANG MENGURUS PEMERINTAHAN YANG MENGURUS PEMERINTAHAN DALAM KAMPUNG MASING-MASING.

TIGABATE KERAJAAN INI TERDIRI ATAS TIGA BATE YAITU:
ULU BATE, BATE TANGNGA, TAPPA BATE. TIAP-TIAP BATE TERBAGI DALAM BEBERAPA KAMPUNG YAITU:
1. MIRRING (ULU BATE), SESUDAH BELANDA MASUK DISEBUT DISTRIK MIRRING
2. PENANIAN (BATE TANGNGA) PADA JAMAN BELANDA MENJADI DISTRIK BINUANG
3. DARA’ (CAPPA BATE) PADA JAMAN BELANDA MENJADI DISTRIK TAKATIDING

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. MANTAB POSTINGNYA GAN, TAPI APAKAH SUMBER-SUMBER ITU SUDAH FALID GAN, APALAGI MENYANGKUT ASAL-USUL / HISTORIS DARI KERAJAAN-KERAJAAN PITU BA'BANA BINANGA.
    MASIH BANYAK YANG PERLU DILURUSKAN DARI CERITA-CERITA TERSEBUT. SEHINGGA KITA SEMUA TIDAK TIRGIRING KE OPINI YANG BULUM TENTU KEBENARANNYA. TQ

    BalasHapus